Studi dan Kajian Burnout serta Aplikasinya di Tempat Kerja
Latar Belakang Burnout
Menurunnya kualitas pelayanan bukan hanya karena faktor mutu tenaga kerja, tetapi dapat juga karena tingginya beban kerja yang berakibat perawat menjadi letih secara fisik dan mental. Hal ini bisa tampak bila terjadinya kenaikan jumlah kunjungan pasien dan meningkatnya Bed Occupancy Rate (BOR), sedangkan jumlah perawat tetap dalam periode waktu yang lama (Ilyas, 2013).
Pengertian Burnout
Chestnut dkk. (1980) memberikan batasan burnout sebagai suatu proses yang dialami seorang anggota organisasi yang sebelumnya sangat committed terhadap organisasi tersisih dari pekerjaannya sebagai respon atas stres yang dialami di dalam pekerjaan. Di sini terlihat bahwa seseorang yang tadinya sangat percaya pada tujuan organisasi, dan sepenuh kemampuannya untuk tetap bertahan bekerja bagi organisasi, kemudian tersisih dari pekerjaan yang digelutinya karena stres yang dialami.
Perawat yang mengalami burnout dan mempunyai lingkungan yang kurang aman dapat memberikan perawatan yang kurang efisien daripada perawat yang tidak mengalami burnout. Perawat yang mengalami burnout juga beresiko melakukan kesalahan yang berpotensi merugikan pasien. Burnout juga terbukti menjadi penyebab terjadinya peningkatan turnover sehingga membuat cost rumah sakit menjadi semakin meningkat (Hoskins, 2013). Salah satu strategi yang bisa diterapkan untuk mencegah burnout adalah dengan pengaturan sistem kerja, antara lain dengan perombakan jadwal, pengaturan jam kerja dan istirahat, agar petugas tidak mengalami kelelahan yang bisa memicu terjadinya burnout. Napping (tidur sebentar yang disengaja) menjadi salah satu alternative yang bisa dilakukan khususnya bagi petugas shift yang jaga malam.
Burnout atau Stress akibat kerja. Sumber gambar: Prodia OHI |
Pengertian Burnout
Chestnut dkk. (1980) memberikan batasan burnout sebagai suatu proses yang dialami seorang anggota organisasi yang sebelumnya sangat committed terhadap organisasi tersisih dari pekerjaannya sebagai respon atas stres yang dialami di dalam pekerjaan. Di sini terlihat bahwa seseorang yang tadinya sangat percaya pada tujuan organisasi, dan sepenuh kemampuannya untuk tetap bertahan bekerja bagi organisasi, kemudian tersisih dari pekerjaan yang digelutinya karena stres yang dialami.
Dimensi atau Klasifikasi Burnout
Menurut Maslach,
Schaufeli dan Leiter burnout
mempunyai tiga dimensi yaitu (dalam Rizka, 2013):
1. Kelelahan Emosional (Emotional exhaustion)
Kelelahan emosional
adalah perasaan lelah dan letih di tempat kerja (Spector, 1996). Ketika
seseorang mengalami exhaustion maka mereka akan merasakan energinya seperti
terkuras habis dan ada perasaan “kosong” yang tidak dapat teratasi lagi (Rizka,
2013).
2. Depersonalisasi (Depersonalization)
Depersonalisasi adalah
pengembangan perasaan sinis dan tak berperasaan terhadap orang lain (Spector,
1996). Proses penyeimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kemampuan individu.
Hal ini berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkup
pekerjaan 13 dan kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan
dalam bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri
dari perasaan kecewa, karena penderita menganggap bahwa dengan berperilaku
seperti itu, maka mereka akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam
pekerjaan.
3. Penurunan Pencapaian Prestasi Pribadi
Biasanya ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan bahkan terhadap kehidupan. Maslach (dalam Diaz, 2007) menyatakan bahwa penurunan pencapaian prestasi pribadi disebabkan oleh perasaan bersalah telah melakukan orang lain disekitarnya secara negatif.
Biasanya ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan bahkan terhadap kehidupan. Maslach (dalam Diaz, 2007) menyatakan bahwa penurunan pencapaian prestasi pribadi disebabkan oleh perasaan bersalah telah melakukan orang lain disekitarnya secara negatif.
Faktor yang Mempengaruhi Burnout
Burnout
muncul dari adanya stress yang berkepanjangan, sehingga banyak faktor yang
mempengaruhi burnout sering dikaitkan
dengan munculnya stress (Widiastuti dan Kamsih, 2008). Ada dua faktor yang
dipandang mempengaruhi munculnya burnout,
yaitu (Sihotang, 2004):
1. Faktor eksternal meliputi lingkungan
kerja dengan pengalaman psikologis yang kurang baik, kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan
yang diberikan tidak mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan
pekerjaan, pekerjaan yang monoton.
2. Faktor internal meliputi usia, jenis
kelamin, harga diri, dan karakteristik kepribadian.
Sebab dan akibat Burnout
1. Sebab dari Burnout :
- Stress
- Perkembangan karir yang terhambat
- Work overload
- Persepsi ketidakberhasilan seseorang
- Organisasi : kondisi jabatan yang menyiratkan usaha-usaha seseorang dalam bekerja sia-sia, tidak berguna, tidak efektif, dan tidak dihargai.
- Gaya kepemimpinan : supervisor/penyelia yang kurang konsiderasi yaitu kurang memperhatikan kesejahteraan anak buahnya, dan kurang mengembangkan hubungan yang bersahabat dengan anak buahnya.
2. Akibat dari Burnout :
- Orang berusaha mencari pekerjaan atau karir baru.
- Mencari peran administratif dimana mereka dapat berlindung pada pekerjaan diantara tumpukan surat-surat dan dokumen.
Cara
mencegah Burnout
Performance management
Hal ini mengacu pada
bagaimana management dapat mempertahankan kinerja yang dapat dicapai oleh
organisasi secara optimal. Kegiatan ini dapat memberi kesempatan kepada
karyawan untuk berbagi rasa dengan orang lain, dan umpan balik merupakan alat
yang dapat digunakan untuk memberikan masukan agar seseorang dapat mengurangi
perasaan negatif yang dirasakan dan mengembangkan harga diri yang positif,
dalam kegiatan ini karyawan dapat mendapatkan dukungan sosial sehingga ia dapat
mengurangi beban yang dirasakannya berat.
Restrukturisasi reward
Hal ini dimaksudkan
untuk menghargai karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan kepada
organisasi atau perusahaan. Bilamana karyawan dihargai atau diberi hadiah
sesuai dengan pengorbanan yang diberikan maka ia akan merasakan kepuasan kerja
yang lebih tinggi. Penghargaan yang sesuai akan mengembangkan sikap yang
positif terhadap diri sendiri maupun pada perusahaan.
Job redesign
Langkah ini berupa merancang kembali pekerjaan yang
ada, agar tidak monoton, membosankan, dan menimbulkan kelelahan fisik maupun
mental. Merancang kembali pekerjaan dapat merubah pelaksananaan pekerjaan
menjadi bervariasi, lebih memberi tantangan pada kememapuan karyawan, dan
memmbuat pekerjaan berarti dalam proses secara keseluruhan. Program
pengembangan karir, program ini perlu diperkenalkan, sehingga karyawan dapat
mengharapkan perkembangan pribadi yang dimilikinya.
Demikian artikel kami tentang burnout yang berisi: Pengertian Burnout, Dimensi atau Klasifikasi Burnout, Faktor yang Mempengaruhi Burnout, Sebab dan akibat Burnout dan Cara mencegah Burnout. Harapan kami semoga aartikel ini dapat dipahami dan dapat menjadi bahan referensi untuk studi teman-teman. Salam..
0 comments:
Post a Comment