Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Post Partum
Pemeriksaan fisik
merupakan salah satu bentuk pengkajian untuk mendapatkan data menunjang
masalah. Pengkajian pada ibu post partum perlu untuk mengidentifikasi adanya
perdarahan dan infeksi post partum. Hal ini bisa diketahui dengan pemeriksaan head to toe terutama pada saluran
reproduksi. Walaupun proses persalinan lebih banyak terlibat pada sistem reproduksi
tetapi tetap sistem tubuh harus dikaji. Berikut pemeriksaan fisik ibu post
partum:
Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Post Partum |
A.
Tahap Pre Orientasi
Persiapan
alat meliputi :
1.
Spigmomanometer
2.
Stetoskop
3.
Termometer
4.
Sarung tangan
5.
Meteran
B.
Tahap Orientasi
1.
Salam
2.
Validasi pasien
3.
Perkenalan
4.
Jelaskan tujuan dan prosedur
5.
Kontrak waktu dan tepat
C.
Tahap Kerja
1.
Menjaga privasi klien
2.
Cuci tangan
3.
Pemeriksaan fisik ibu
a.
Keadaan umum
Kaji
kondisi ibu secara umum, apakah ibu merasa kelelahan atau ibu dalam keadaan
segar. Hal ini mempengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi serta kemampuan ibu
dalam menyusui dan mengasuh bayi.
b.
Tanda-tanda vital
1)
Tekanan darah
2)
Nadi
3)
Pernapasan
4)
Suhu
Nadi dan suhu diatas normal
menunukkan adanya infeksi. Tekanan darah terlalu signifikan sebagai data
perdarahan karena diperlukan perdarahan yang banyak untuk menurunkan tekanan
darah. Nadi yang meningkat menunjukkan adanya perdarahan.
c.
Kepala dan wajah
1)
Mata
Konjungtiva yang
anesmis menunjukkan adanya anemia karena perdarahan saat persalinan.
2)
Hidung
Tanyakan
pada ibu, apakah ibu ada pilek atau riwayat sinusitis. Infeksi pada ibu
postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
3)
Telinga
Sama dengan
pengkajian pada hidung.
4)
Mulut dan gigi
Tanyakan pada ibu
apakah ibu mengalami stomatitis, atau gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang
dapat menjadi post de entree bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
5)
Leher
Kaji adanya
pembesaran limfe di bawah telinga dan pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar
kimfe yang membesar menunjukkan adanya infeksi, ditunjang dengan tanda yang
lain, seperi hipertermi, nyeri, bengkak.
6)
Payudara
a)
Kesan umum
Kaji
bentuk payudara, apakah payudara simetris antara kiri dan kanan. Kaji apakah
terdapat bendungan ASI (breast engorgement) yang menimbulkan rasa nyeri bagi
ibu atau massa, dengan palpasi. Bahkan dapat ditemukan mastitis dengan
tanda-tanda merah, bengkak, panas, nyeri.
b)
Puting susu
Kaji
apakah ASI atau kolostrum sudah keluar dengan memencet aerola ibu. Kaji juga
kebersihan puting dan penonjolan puting.
7)
Abdomen
a)
Keadaan
·
Kaji apakah terdapat striae dan linea alba
·
Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukkan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan.
Abdomen yang lembek menunjukkan sebaliknya dan dapat di masase untuk merangsang
kontraksi.
b)
Kondisi luka
Luka
SC harus dikaji apakah terdapat tanda-tanda infeksi. Jika ada, harus dilaporkan
segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.
c)
Fundus uteri
·
Tentukan tinggi fundus uteri
Tinggi
fundus uteri pada postpartum kurang dari 12 jam yaitu 1 cm diatas umbilikus.
Apabila lebih 12 jam namun kurang dari 24 jam maka sentral dengan umbilikus.
Sedangkan tinggi fundus uteri akan turun 1-2 cm di bawah umbilikus tiap 24 jam
selanjutnya.
·
Posisi atau konsistensi fundus
Apakah
sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya terdorong oleh bladder yang
penuh.
·
Kontraksi
Kontraksi
juga perlu diperiksa, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukkan
kontraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadi perdarahan.
d)
Diastesis rektus abdominalis
Diastasis
rektus abdominalis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat perbesaran
uterus. Jika dipalpasi, regangan ini menyerupai celah memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus
sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya. Diastass ini tidak dapat menyatu
kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
senam nifas.
·
Cara memeriksa diastasis rektus abdominalis adalah dengan meminta ibu untuk
tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal. Kemudian
palpasi abdomen dari bawah prosessus
xiphoideus ke umbilikus kemudian diukur panjang dan lebar diastasis.
e)
Kandung kemih
Kaji
dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih yang bulat dan
lembut menunjukkan jumlah urine yang tertampung banyak dan hal ini dapat
mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan, misal rangsang dengan
bunyi gemericik air.
8)
Lokhea
Kaji
jumlah, warna, konsistensi, dan bau lokhea ibu postpartum. Perubahan warna
lokhea harus sesuai, contoh: ibu postpartum 7 hari harus memiliki lokhea yang sudah
berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhea masih merah, maka ibu
mengalami komplikasi postpartum. Lokhea yang berbau busuk menunjukkan adanya
infeksi di saluran reproduksi dan harus segera ditangani.
9)
Perineum
Kaji
kondisi perinium, apakah utu, terdapat luka episiotomi, atau ruptur. Kaji juga
adanya tanda-tanda REEDA (Redness Ekimosis Edema Discharge Approximation).
Kebersihan perineum menunjang proses penyembuhan luka.
10) Hemoroid
Kaji
adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil dan pasca persalinan.
Pengkajian hemoroid dengan cara memposisikan ibu dengan posisi sims.
11) Ekstremitas
·
Kaji adanya varises
·
Kaji adanya tanda homan
Tanda homan positif menunjukkan adanya tromboflebitis
sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan
adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis. Jika nyeri
maka tanda homan positif, untuk mencegah terjadinya tromboflebitis, ibu harus
dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar sehingga tromboflebitis
bisa diabsorbsi.
D.
TERMINASI
1.
Cuci tangan
2.
Evaluasi objektif dan subjektif
3.
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, Fatikhu
Asmara. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Semarang: UPT Undip Press Semarang
0 comments:
Post a Comment