Perawat, Pembantu atau Mitra Dokter?
Sebagai seorang perawat tentunya akan merasa geram dan marah ketika disebut sebagai "Pembantu Dokter". Perawat juga masih sering dipandang sebelah mata oleh pasien. Hal ini bukan salah siapa dan siapa yang harus disalahkan. Melainkan sebetulnya perawat sendiri yang membuat kondisinya semakin tidak terlalu diperhatikan baik oleh dokter maupun oleh pasien. Mengapa demikian?
Sebuah contoh yang kerap kali kita jumpai di rumah sakit atau Puskesmas, ketika seorang pasien atau keluarga pasien bertanya kepada seorang perawat baik itu tentang penyakitnya,maupun tentang kondisinya, kebanyakan perawat akan menjawab "nanti ya bu tunggu dokternya", "nanti ya bu, dokternya yang lebih tau". Nah, lalu apa yang diketahui oleh perawat? Setiap hari perawat hanya menjalankan instruksi dokter, melakukan rutinitas tindakan yang sebetulnya tidak masuk dalam intervensi keperawatan, seperti memasang infus, injeksi, memasang kateter, dll.
Satu hal lagi yang masih begitu melekat pada jati diri seorang perawat adalah penampilan. Hampir berbeda dengan dokter, yang penampilannya begitu rapi, dandan begitu cantik, dengan lipstik yang anggun, pakaiannya bagus, sepatunya bagus. Sedangkan perawat? Saat ini masih banyak yang tidak peduli dengan penampilannya, pakaian kusut, rambut yang acak-acakan, terkadang warna jilbab yang tidak seragam, tidak mengenakan bedak atau lipstik, malah ada juga perawat yang dinas menggunakan sendal jepit. Lalu pantaskah perawat yang seperti itu disebut dengan mitra dokter?
Penulis sangat setuju ketika dalam perkuliahan, seminar-seminar dan pelatihan selalu digembor-gemborkan bahwa perawat adalah mitra dokter. Perawat jangan mau dianggap sebagai pembantu dokter. Jangan mau perawat keberadaannya dipandang sebelah mata baik oleh pasien maupun dokter. Padahal kita tau bahwa yang menemani pasien selama 24 jam full adalah perawat, bukan dokter. Nah, lalu apa yang harus perawat lakukan agar bisa dianggap sebagai mitra kerja dokter? Ya, jawabannya cukup mudah, perawat harus sejajar dengan dokter, baik itu untuk penampilan maupun untuk penguasaan ilmu. Jika dokter belajar tentang ilmu kedokteran, maka perawat harus mendalami tentang ilmu keperawatan secara holistik dan menyeluruh. Kemudian bagaimana caranya?
Cara agar perawat bisa disebut mitra, bukan pembantu dokter:
- Bekali diri anda dengan pengetahuan dan ilmu. Setelah anda menjadi seorang perawat dan bekerja di Rumah Sakit, jangan lantas anda berhenti untuk belajar. Ilmu yang tidak pernah diulang dan dibaca lagi itu ibarat pisau yang tidak pernha diasah, ia akan tumpul dan tidak tajam lagi. Jadi saya harap, biarpun anda sudah bekerja pada tempat kerja yang anda harapkan, anda harus tetap belajar, membaca dan upgrade keilmuan anda dengan mengikuti berbagai seminar dan pelatihan. Tidak ada ruginya orang yang suka membaca apalagi menulis, membaca mampu memberikan kita tambahan wawasan dan keilmuan, serta menulis mampu mengajak otak kita untuk selalu berkonsentrasi.
- Berpenampilan rapi dan menarik. Salah satu kunci agar kita terlihat menarik baik dimata sejawat maupun pasien adalah dengan senyum. Orang yang keliatannya biasa-biasa saja, tapi selalu tersenyum, akan terlihat lebih cantik dan menarik dibandingkan dengan orang cantik yang jutek dan tidak ramah. Ketika berdinas, berpakaianlah secara rapi, wangi, pakaian seragam antara satu perawat dengan perawat yang lainnya. Untuk yang tidak memakai jilbab, atur rambut secara rapi, pakai bedak, lipstik dan sepatu yang seragam. Baju yang terlihat sudah tidak layak pakai karena warna yang pudar, banyak coretan tinta, sebaiknya jangan dipakai lagi.
- Selalu ramah dan santun pada siapa saja. Perawat itu sebagai objek bagi pasien dan keluarga pasien. Kita harus sadar bahwa kita dilihat dan selalu diperhatikan, jadi jangan lupa senyum, ramah dan ikhlaslah dalam bertugas. Ketika anda sedang ada masalah dengan keluarga cobalah untuk lupakan sejenak ketika anda berdinas, pikiran yang kacau akan membuat mood kerja anda menjadi jelek, sehingga akan banyak kesalahan dan kekeliruan ketika anda bekerja.
- Ketika berdinas hindari penggunaan HP yang berlebihan, kurangi tertawa terbahak-bahak yang dapat mengganngu pasien maupun keluarga pasien. Tertawa atau ngobrol diperbolehkan untuk mengurangi stress dalam bekerja dan untuk mencairkan suasana,, asal tidak berlebihan dan mengganggu kenyamanan pasien. Siapa sih yang tidak sebel kalo keluarga kita sengan sakit, kita sedang sedih, eh perawat malah seenaknya saja tertawa terbahak-bahak. Apalagi kita asyik sendiri dengan HP kita. Di Indonesia sudah mulai ada loh, ketika berdinas dokter maupun perawat tidak diperkenankan membawa Handphone. Bersyukurlah kita yang masih diperbolehkan membawa HP saat berdinas, tapi pesen saya, gunakan seperlunya.
- Ketika kita sedang tindakan, sekali-kali ajaklah pasien atau keluarga pasien untuk mengobrol, jangan cemberut,diam, apalagi memasang muka jutek. Ketika keluarga atau pasien sudah mengenal kita, tau bahwa kita ramah, maka merekapun akan hormat dan sayang pada kita. Jangan lupa selalu perkenalkan nama kita sebelum anda melakukan tindakan. Karena hampir sedikit sekali pasien yang mengenal perawatnya. Mereka hanya tau nama dokternya, Itulah salah satu akibat perawat tidak mengenalkan diri ketika melakukan tindakan. Padahal perawatlah yang setiap saat ia panggil dan dimintai bantuan.
Itulah sedikit yang dapat penulis bagikan untuk para pembaca sekalian tentang sebenarnya "Perawat itu Pembantu atau Mitra Dokter?". Harapan penulis, kedepan perawat Indonesia semakin maju, tidak dipandang sebelah mata lagi, dihargai dan dihormati, baik oleh pasien, keluarga pasien, maupun oleh teman sejawat (dokter, analis, apoteker, asisten apoteker, fisioterapi, ahli gizi, radiografer, dll). Tetap semangat, ikhlas, serta jangan lupa selalu untuk perbaiki diri dan bekali diri dengan ilmu-ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.
Salam perawat Indonesia..
0 comments:
Post a Comment